REVIEW 6 :
EKSISTENSI
KOPERASI WANITA DI INDONESIA
Oleh :
AUZA DJAMIL HAKIM dan RIANA
PANGGABEAN
Berisi :
METODE PENULISAN
Tulisan
ini merupakan ringkasan dari Kajian
terhadap Koperasi Wanita pada Tahun 2006. Data yang digunakan bersumber
dari hasil kajian tersebut yang menggunakan data sekunder dan data
primer. Dampak kebehasilan kopwan di liput dari 7 responden yaitu : (1)
Pengrajin Konveksi dan Bordir di Kabupaten Bukit Tinggi Prop Sumatera
Barat, (2) BK3I di DKI Jakarta, (3) Kartini di Kab. Sleman DI
Jogyakarta, (4) Setya Bhakti Surabaya Jawa Timur, (5) Dian Wanita Kab. Pasuruan
Jawa Timur, (6) Anisa Propinsi NTB dan (7) Koperasi Wanita Panggayo Maju
Maluku. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif deskriptif
dan analisis kuantitatif dengan
batuan software Microsoft Access dan Microsoft Excel. (Lexy,
1993).
EKSISTENSI KOPERASI
WANITA
Keberadaan
Koperasi Wanita (kopwan) di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1 menjelaskan
bahwa (1) jumlah koperasi wanita di Indonesia per tanggal 26 Desember 2006
sebanyak 1517 berada di 315 Kabupaten/kodya. Jumlah koperasi terbanyak berada
di Propinsi Jawa Timur yaitu 213 kopwan. Jumlah kopwan paling sedikit terdapat
di Maluku Utara yaitu hanya 10 buah. Dari sisi jumlah kopwan di masing-masing
propinsi menggambarkan adanya kesenjangan antara jumlah kopwan yang ada di Jawa
dan luar Jawa. Hal tersebut ditunjukkan dengan jumlah kopwan di Propinsi Jateng
yaitu 96 kopwan dan Jabar 191 kopwan. Keadaan
ini diduga karena jumlah penduduk
yang ada di Jawa lebih besar dibanding dengan propinsi-propinsi lain sehingga
kebutuhan terhadap keberadaan kopwan juga jauh lebih tinggi di Jawa
dibandingkan dengan propinsi-propinsi lainnya.
Tabel 1. Keberadaan Koperasi Wanita di Indonesia
No
|
Peubah/Variabel
|
Satuan
|
Jumlah
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
Jumlah
Koperasi wanita
|
Orang
|
1517
|
2
|
Jumlah
Anggota
|
Orang
|
220.740
|
3
|
Jumlah
Manager
(1) Perempuan
(2) Laki-laki
|
Orang
Orang
|
264
212
52
|
4
|
Jumlah
Karyawan
(1) Perempuan
(2) Laki-laki
|
Orang
Orang
|
2027
1774
253
|
5
|
Pelaksanaan
RAT
(1) Sudah
(2) Belum
(3) Tak
ada data
|
%
%
%
|
54
5
41
|
6
|
Umur
Kopwan
(1) 1-24
thn
(2) Terbanyak
(3) Sedang
(4) Sedikit
|
Thn
Thn
Thn
Thn
|
100
8
24
14
|
7
|
Modal
|
Rp/juta
|
831.000
|
8
|
Volume
Usaha
Rata-Rata
V Usaha Kopwan
|
Rp/triliun
Rp/juta
|
1.410
1.856
|
9
|
Jumlah
Kabupaten
|
Kab/kodya
|
315
|
10
|
Jenis
Usaha
(1) Simpan
Pinjam
(2) Serba
Usaha
(3) Produksi
(4) Konsumsi
(5) Tak
ada data
|
%
%
%
%
%
|
65
22
1
4
8
|
11
|
SHU
|
Rp/milyar
|
118
|
Sumber: Dinas Propinsi (diolah).
Data primer per 26 Desember 2006
Realitas tersebut dipengaruhi
oleh faktor intensitas pembinaan dari lembaga yang berkompeten untuk mendorongan
pembangunan koperasi di Jawa dibandingkan dengan propinsi-propinsi lainnya. (1)
jumlah anggota 220.740 orang, jadi ratarata jumlah anggota kopwan 145 orang.
(2) Jumlah manajer wanita 212 orang dan jumlah manajer laki-laki 52 orang.
Dibanding dengan jumlah kopwan maka kopwan yang memiliki manajer hanya 15
persen (%), koperasi yang 85% tidak memiliki manajer, langsung ditangani
pengurus. (3) Jumlah karyawan sebanyak
2.027 terdiri dari karyawan
perempuan sebanyak 1774 orang dan karyawan lakilaki sebanyak 253 orang.
Dibanding dengan jumlah kopwan maka setiap kopwan memiliki karyawan rata-rata 1
sampai 2 orang (4) Jumlah modal kopwan sebesar Rp. 831 milyar.
(1)
Jumlah
Anggota Kopwan di Indonesia
Total
jumlah anggota kopwan di 31 Propinsi di Indonesia adalah:
220.740
orang. Rata-rata jumlah anggota per koperasi sebanyak 145 orang.
Rincian jumlah anggota kopwan
dalam dilihat dalam Gambar 1. berikut ini:
Gambar 1. Jumlah Anggota Koperasi Wanita Indonesia
Jumlah
anggota kopwan terbesar antara 40 – 160 orang yaitu kurang lebih sekitar 71%.
Terdapat kecenderungan bahwa kopwan yang berjumlah anggota besar (lebih di atas
180 anggota kopwan) persentasenya kecil. Artinya jika skala kopwan ditentukan
berdasarkan jumlah anggotanya maka jumlah kopwan dengan skala yang besar
persentasenya kecil. Hal ini sesuai dengan keadaan lapangan bahwa jumlah
anggota kopwan memang relative sedikit dibanding dengan koperasi biasa. Namun
walaupun jumlahnya sedikit pelayanan koperasi konsisten dan berkelanjutan
sehingga ukuran jumlah anggota yang besar bukan merupakan indikator
keberhasilan koperasi yang memadai. Dengan kata lain jumlah kopwan yang
berhasil menjadi besar (dari sisi jumlah anggotanya) di Indonesia kecil
jumlahnya.
(2)
Jenis
Usaha Kopwan di Indonesia
Hasil
penelitian ini menunjukkan keragaman kopwan dilihat dari sisi jenis usaha yang
digelutinya dijelaskan pada Gambar 2. berikut ini :
Gambar 2 : Koperasi Wanita menurut Jenis Usaha
Gambar
2. di atas menunjukkan bahwa dari total jumlah kopwan yang ada, jenis kegiatan
kopwan yang terbanyak adalah jenis kegiatan simpan pinjam sebanyak 65% (
persen), usaha Serba Usaha (22%), Konsumsi (4%), Produksi (1%) dan 8% lainnya
tidak memberikan data. Pengamatan lapang menunjukkan bahwa pada umumnya kopwan
mengawali kegiatannya dengan unit simpan pinjam. Kemudian mengembangkan usahanya ke serba usaha dengan
berbagai kegiatan seperti; pengadaan berbagai kebutuhan pokok dalam waserda,
usaha produksi (misalnya batik) dan kredit konsumsi (kredit yang lebih khusus
untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga, kebutuhan anak sekolah,sakit), kegiatan
jasa (pendidikan; pendirian TK/Taman Kanak-kanak). Kecenderungan jenis usaha
tersebut menunjukkan tidak saja jenis usaha simpan pinjam secara ekonomi
menguntungkan tetapi juga sekaligus menggambarkan kebutuhan riil dari sebagian
besar perempuan anggota koperasi. Niat pemerintah untuk mengembangkan dan
memperkuat kopwan melalui usaha simpan pinjam sangat tepat dalam rangka
mengerakkan ekonomi di tingkat paling bawah. Namun niat itu harus betul-betul
diwujudkan dan mengikuti perkembangan kopwan. Karena keberhasilan tidak boleh
mendadak jika kopwan selama ini tumbuh secara alami dan tahan terpaan krisis.
Pemerintah juga harus mengikuti dengan kebijakan-kebijakan yang tepat untuk
mendorong pertumbuhan yang lebih berakar dan kuat.
(3)
Penyelenggaraan
RAT Kopwan di Indonesia
Penyelenggaraan
Rapat Anggota Tahunan (RAT) dalam penelitian ini merupakan salah satu indikator
status aktif tidaknya koperasi wanita. Temuan menunjukkan bahwa hanya 54%
kopwan melaksanakan RAT secara teratur, 5% belum dan sebanyak 41% tidak
diketahui apakah kopwan bersangkutan melaksanakan atau tidak :
Gambar
3: Persentasi Jumlah Kopwan Melaksanakan RAT
Penyebab masih banyaknya kopwan
belum melaksanakan RAT, hasil temuan lapangan menunjukkan bahwa masih banyak
kopwan belum mampu melaksanakan RAT karena skala usahanya masih kecil.
Sebagaimana diketahui penyelenggaraan RAT membutuhkan biaya yang cukup besar.
Namun sebagian kopwan juga kurang disiplin untuk mentaati aturan RAT tersebut.
Disatu sisi RAT merupakan petunjuk berjalannya roda oganisasi itulah sebabnya
indikator ini menjadi status keaktifan koperasi sebagaimana halnya koperasi
lain. Disisi lain masih banyak kopwan yan belum melakukan RAT. Bagi yang belum
melaksankan RAT perlu di ketahui dan dibina agar melakukan RAT.
(4)
Modal
Kopwan di Indonesia
Secara
umum, modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal luar. Berdasarkan
hasil pendataan ini memperlihatkan bahwa total modal kopwan di 31 propinsi
berjumlah Rp. 831 milyar (modal sendiri dan modal luar). Jumlah tersebut
terdiri dari total modal sendiri berjumlah Rp. 426.056.204.000 atau (51,24%).
Dan total modal luar berjumlah Rp. 405.507.288.000 atau sebesar (48,76%). (Lihat
Gambar 4 dan Gambar 5) Struktur permodalan kopwan yang ada saat ini menunjukkan
kondisi yang cukup baik karena perbandingan modal sendiri masih relative lebih
besar dibandingkan dengan modal luar, meskipun persentase perbedaannya kecil
Hal ini menunjukkan dalam pengelolaan modal kopwan cukup baik karena perempuan
memiliki unsur kehati-hatian.
Gambar
4. Persentasi Modal
Informasi lain yang dapat
menjelaskan jumlah modal yang saat ini dimiliki kopwan ternyata relatif kecil
dan perputaran sangat lambat. Mengapa demikian? Hasil pengamatan dilapangan
menunjukkan bahwa variasi simpanan pokok dan simpanan wajib pada kopwan
jumlahnya rendah. Dari hasil penelitian kualitatif ditemukan bahwa variasi
simpanan pokok kopwan secara rata-rata rendah berkisar Rp. 1.000 - Rp. 20.000.
Pada kopwan yang besar seperti di Jawa Timur, DKI dan Ambon Maluku ada yang
jumlah simpanan pokoknya relative besar berkisar antara Rp.500.000 – Rp. 1
juta. untuk posisi modal luar terbesar dimiliki oleh Koperasi Teratai, yang terletak
di Proponsi Sulawesi Selatan yang berjumlah Rp. 4,460 milyar. Sedangkan jumlah
modal luar terkecil dimiliki oleh Koperasi Mawar, Bondowoso (Jatim) yaitu
sebesar Rp. 192.000. Pada umumnya sumber modal luar diperoleh dari bank, dana
bergulir (bantuan pemerintah) diantaranya dari program agribisnis dan dana
subsidi BBM.
Gambar
5. Kepemilikan Modal Luar
(5)
Volume
Usaha Kopwan di Indonesia
Total
volume usaha seluruh kopwan di 31 propinsi sebesar Rp. 1.401 trilyun. Volume
usaha rata-rata per koperasi Rp. 1,856 juta. Gambar 6 di atas menunjukkan bahwa
persentase tertinggi (kurang lebih 21%) adalah kopwan dengan besaran volume
usaha Rp. 20 juta, Rp 40 juta (sekitar 14%) dan volume usaha lebih dari Rp. 560
jutaan sebesar (12%). Sementara persentase volume usaha kopwan lainnya sangat
variatif berkisar antara Rp. 60 jutaan – Rp. 560 jutaan. Dengan gambaran
besaran volume usaha yang dimiliki kopwan tersebut maka kopwan sebagian besar
dapat digolongkan adalah pengusaha mikro. Hasil penelitian dilapangan
memperlihatkan bahwa volume usaha terbesar ada di Kopwan Kartika Chandra –
Jatim sebesar Rp. 110 milyar. Sementara volume usaha terkecil dimiliki oleh
Kopwan Mawar – Jabar, sebesar Rp. 208.000.
Gambar
6. Persentasi Volume Usaha
Kopwan dengan volume usaha
terkecil ada pada kopwan beranggotakan 25 orang dengan usia koperasi 7,7 tahun.
Data tersebut sekaligus menujukkan bahwa masih terdapat kelemahan yang mendasar
yang dimiliki kopwan dalam pengelolaan usaha sehingga dengan jumlah umur yang
relative tidak muda namun volume usaha yang dimilikinya masih sangat kecil.
(6)
Sisa
Hasil Usaha (SHU) Kopwan di Indonesia
Salah
satu indikator keberhasilan dari sebuah koperasi dapat dilihat dari besaran SHU
nya. Besaran SHU tidak saja menunjukkan aktivitas koperasi, partisipasi dan
kontribusi anggota koperasi terhadap kegiatan koperasi tetapi juga keuntungan
koperasi yang dapat dibagikan dan dinikmati anggota kopwan. Total SHU kopwan
yang ada di 31 propinsi sebesar Rp. 118 milyar dengan rata-rata SHU per
koperasi sebesar Rp.172 juta atau kira-kira 11 persen. Perincian besarnya SHU
kopwan di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 7. berikut ini:
Gambar
7. Persentasi Jumlah SHU
Berdasarkan Gambar 7 di atas
memperlihatkan bahwa sebagian besar kopwan (33%) memiliki SHU sebanyak Rp 2
juta, 15% memiliki SHU sebesar Rp. 4 juta, 6% Rp. 11 juta. Sisanya terpencar
dan bervariasi antara Rp. 8 juta sampai dengan Rp. 56 juta. Jika dilihat prosentase
terbesar SHU kopwan yang hanya berkisar antara Rp 2-6 juta menunjukkan bahwa
nilai SHU kopwan masih sangat kecil. Artinya bahwa nilai balik yang dapat
dinikmati oleh anggota kopwan juga relative masih rendah.
(7)
Umur
Kopwan di Indonesia
Umur
kopwan yang ada di Indonesia berada pada 1 sampai 24 tahun seperti. Pada pada
Gambar 8. berikut ini:
Gambar
8. Persentasi Umur Koperasi Wanita
Gambar 8 di atas memperlihatkan
bahwa usia kopwan merupakan indikator keberadaan kopwan di Indonesia. Diluar
informasi ini dalam studi kasus ditemukan ada kopwan yang sudah berusia diatas
40 tahun yaitu Kopwan K3W terletak di Kemayoran DKI Jakarta. Koperasi tersebut
eksis sampai dengan sekarang walaupun telah dipimpin oleh beberapa generasi wanita.
Mereka eksis terhadap guncangan politik pada Tahun 1965. Jumlah kopwan yang
berusia 24 tahun sebanyak 9% Diantara rentang usia itu jumlah kopwan terbanyak
berusia 8 tahun dan jumlah kopwan berusia terkecil terdapat pada usia 14 tahun.
Jika rentang umur ini dikelompokkan maka sebagian besar kopwan yang ada
sekarang berusia antara 1 sampai 12 tahun. dan antara umur 13 sampai 24 tahun
jumlah kopwan relative kecil.
(8)
Jumlah
Manager Kopwan di Indonesia
Keberadaan
manager pada kopwan. menunjukkan bahwa 70 persen lebih kopwan tidak memiliki
manager, sementara 23,95% memiliki 1 (satu) orang manajer dan 1,9% memiliki 2
orang manajer. Dengan kata lain hanya 334 kopwan dari total kopwan yang berjumlah
1.517 unit yang memiliki manajer. Hasil penelitian kualitatif menunjukkan bahwa
manajemen kopwan saat ini umumnya dijalankan oleh pengurus baik secara full
time maupun part time. Manajemen kopwan saat ini dijalankan melalui
jam kerja pengurus dan sebagian anggota (khususnya ketua kelompok pada koperasi
yang mengembangkan strategi kelompok) Sejauh ini dengan mekanisme yang
dikembangkan manajemen koperasi (khususnya pada kopwan yang dijadikan studi
kasus) dapat berjalan dengan baik.
(9)
Jumlah
Karyawan Kopwan di Indonesia
Jumlah
karyawan perempuan dan laki-laki yang terserap di kopwan secara detail dapat
dilihat di Gambar 10. Berdasarkan Gambar 10, menunjukkan beberapa temuan yang menarik.
Pertama, jumlah total tenaga kerja/karyawan yang bekerja di kopwan sebanyak
1.760 orang. Artinya kopwan memiliki peranan tidak saja memberikan keuntungan
kepada anggotanya tetapi juga dalam hal penyerapan tenaga kerja. Kedua,
meskipun statusnya sebagai kopwan, namun tenaga kerja/karyawan yang bekerja di
kopwan juga menyerap tenaga
kerja/karyawan laki-laki. Perbandingan jumlah karyawan perempuan sebesar 1.576
karyawan atau (89,5 %), sementara jumlah total karyawan laki-laki yaitu 184
orang atau sebesar 10%. Dukungan dari studi kualitiatif menunjukkan bahwa pada
umumnya tenaga kerja/karyawan laki-laki dipekerjakan sebagai petugas lapangan
atau debt collector. Sementara tenaga kerja /karyawan perempuan sebagian
besar bekerja di bagian administrasi pembukuan atau keuangan.
Gambar
10. Jumlah Karyawan Berdasarkan Jenis Kelaminr
Hasil penelitian kualitatif juga
menujukkan bahwa selain menyerap tenaga kerja/karyawan tetap, kopwan juga
mempekerjakan petugas/karyawan tidak tetap. Mereka biasanya difungsikan sebagai
petugas lapangan part time/pendamping. Pada beberapa koperasi tenaga kerja/karyawan
tidak tetap memperoleh uang transport pada saat melakukan kunjungan ke per
kelompok (Rp. 40.000,00-Rp. 75.000,00) per kali datang/kelompok.
(10)
Gambaran
Tentang Keuangan Kopwan di Indonesia
Secara
kuantitatif, penelitian ini juga berusaha untuk mengolah data yang berkaitan
dengan keuangan koperasi yang terdiri dari rentabilitas, solvabilitas dan
likuiditas.Data tersebut merupakan hasil dari cross beberapa variable.
Sayangnya dari yang terkumpul, hanya data mengenai rentabilitas yang dapat
dikeluarkan. Data yang dihasilkanpun nampaknya tidak dapat menggambarkan kondisi
riil yang sebenarnya karena kondisi beberapa data yang tidak baik. Ada banyak
kekosongan data (yang tidak diisi oleh koperasi maupun dinas koperasi di tingkat
Propinsi dan Kabupaten) yang tidak memungkinkannya data mengenai solvabilitas
dan likuiditas untuk dapat ditampilkan.
(11)
Dampak
Koperasi Wanita Terhadap Anggota dan Lingkungan
Untuk
menguatkan keberadaan Koperasi wanita di Indonesia dibawah ini ada 7 unit
Kopwan yang diwawancara langsung untuk mengetahui sejauhmana dampak kopwan
terhadap anggota dan lingkungannya di jelaskan sebagai berikut:
(a) Kopinkra Sulaman Bukit Tinggi
Sejak
koperasi ini menangani usaha simpan pinjam, dampak usaha simpan pinjam bagi
anggota sangat nyata antara lain (1) anggota dapat mengembangkan usaha melalui
modal yang diterima dari koperasi, (2) anggota dapat menyekolahkan anak-anaknya
sampai ke Perguruan Tinggi bahkan sekarang ada beberapa keluarga yang anaknya
telah lulus dan mereka sudah bekerja, (3) pengusaha berkembang dari usaha keliling
menjadi pengusaha yang mempunyai toko bahkan ada yang sudah kerjasama dengan
pasar Tanah Abang di Jakarta.
(b) Koperasi Kartini
Koperasi
Kartini sangat bermanfaat bagi anggota, jika selama ini anggota meminjam dari
pelepas uang setelah ada koperasi mereka dilayani oleh koperasi, selama Koperasi
Kartini eksis boleh dikatakan koperasi ini berperan sebagai Bank di wilayahnya.
Selain melayani kebutuhan modal bagi anggota Kopwan juga berperan sebagai
penyuluh usaha bagi anggota. Sebelum ada koperasi, wilayah ini dikenal sebagai basis
penduduk miskin namun dengan keberadaan kopwan wajah kemiskinan sudah mulai
terhapus. Dampak lain yang dirasakan masyarakat antara lain jika ada hari besar
Kopwan tampil sebagai sponsor mengadakan perlombaan dan kegiatan-kegiatan
sosial didaerah ini.
(c) Koperasi Kesejahteraan Kaum Ibu (K3I)
Koperasi
wanita ini telah memberikan dampak posistif bagi anggota. Selain memberikan
kontribusi terhadap pengembangan modal, volume usaha juga berdampak posistif
bagi sumber daya manusia: baik pengurus, karyawan maupun anggotanya. Selain itu
koperasi wanita ini juga berdampak sebagai wadah pembelajaran dan lahirnya
pemimpin non formal dari koperasi ini.
(d) Koperasi Wanita Setia Bhakti Surabaya
Dampak
kopwan terhadap lingkungan antara lain : (1) Kopwan telah berhasil memenuhi kebutuhan
sosial anggotanya maupun untuk sumbangan temporer sebagai bentuk kepedulian
bagi sesama. Upaya ini dilakukan melalui penyisihan 3% dari SHU sedangkan (2)
Kepedulian sosial terhadap masyarakat miskin, pendidikan anak-anak anggota diupayakan
melalui beasiswa di tingkat SD hingga SMU, disisihkan melalui SHU sebesar 2,5%.
(3) Dampak kopwan secara eksternal sudah sangat meluas yaitu kopwan telah
berhasil menjadi wadah belajar bagi koperasi lainnya yang berusaha dalam usaha
simpan pinjam, menumbuhkan koperasi lain dan pengusaha baru sebanyak 338 unit. Untuk
penumbuhan koperasi, contoh tumbuhnya koperasi wanita Panggayo Maju di Ambon.
(e) Koperasi Dian Wanita Pasuruan
Dampak
kopwan sudah dirasakan anggota diwilayah kerjanya (kecamatan Prigen dan
Pandaan) melalui usaha simpan pinjam, pertokoan, katering dan usaha persewaan.
Simpan pinjam telah berperan memenuhi kebutuhan anggota dalam pendidikan
kesehatan dan menambah unit usaha katering dan persewaan. Dengan bertambahnya dua
unit usaha ini maka kopwan telah mampu menambah jumlah tenaga kerja pada
koperasi. Kekhususan kopwan ini adalah dalam melayani anggota dan masyarakat
setempat karena lokasinya di permukiman.
(f) Koperasi Anisa Nusa Tenggara Barat
Dampak
kopwan terhadap anggota antara lain dalam memenuhi permodalan, sosial dan
pendidikan Selain berusaha, kegiatan koperasi yang berkaitan dengan lingkungan
sekitar adalah perhatian dan memberikan bantuan kepada sesama yang miskin dalam
arti luas termasuk ketertindasan dalam hal biologis dan sosial. Upaya yang dilakukan
antara lain : pendidikan, konsultasi, pendampingan dan memberikan advokasi.
Selain itu masalah yang ditangani koperasi ini cukup besar terhadap ketidak
adilan gender, kesehatan, reproduksi, busung lapar, penyakit menular dan
sanitasi
(g) Koperasi Wanita Panggayo Maju Ambon
Selama
satu tahun kopwan berjalan dampak yang dirasakan adalah dampak internal dan
dampak eksternal. Dampak internal yang dirasakan adalah para pengurus dan
manajer/karyawan dari tidak mendapat honorarium sekarang menerima penghasilan
yang tetap. Bagi anggota dampak nyata dari koperasi adalah memenuhi kebutuhan
permodalan. Sedangkan dampak eksternal yang sangat dirasakan adalah tumbuhnya pengusaha
baru dari anggota kopwan.
Nama : Wiwi Kusmiarti
NPM : 27211460
Kelas : 2EB09
Tahun : 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar