Kebijaksanaan
Pemerintah
1. Kebijaksanaan selama:
a. Periode1966-1969
Pada permulaan orde baru, program pemerintahan berorientasi pada usaha
penyelamatan ekonomi nasional terutama pada usaha mengendalikan tingkat
inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat.
Tindakan pemerintah terebut dilakukan karena adanya kenaikan harga pada awal
tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih 65% setahun. Hal itu
menjadi penyebab dari kurang lancarnya program pembangunan yang telah
direncanakan oleh pemerintah.
Pelaksanaaan pembangunan Orde Baru bertumpu kepada program yang dikenal dengan
sebutan Trilogi Pembangunan, yaitu sebagai berikut :
- Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
- Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
- Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
Pelaksanaan pola umum pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) dilakukan Orde
Baru secara periodik 5 tahunan yang disebut Pelita (Pembangunan Lima Tahun).
b. Periode Pelita I
Dilaksanakan mulai 1 April 1969 sampai 31 Maret 1974.
Tujuan Pelita 1 adalah untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus
meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan dalam tahap-tahap berikutnya.
Kebijaksanaan pada periode Pelita 1 ini dimulai dengan
:
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun
1970, mengenai penyempurnaan tata niaga bidang eksport dan import
Peraturan Agustus 1971, mengenai
devaluasi mata uang Rupiah terhadap Dolar, dengan sasaran pokoknya adalah :
a. Kestabilan
harga bahan pokok
b. Peningkatan
nilai ekspor
c. Kelancaran import
d. Penyebaran
barang di dalam negeri
c. Periode Pelita
II
Dilaksanakan
mulai 1 April 1974. Sasaran utama Pelita II yaitu tersedianya pangan, sandang,
perumahan, sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat, dan memperluas
kesempatan kerja.
d. Periode Pelita
III
Pelita III
(Pembangunan Lima Tahun) ini dilaksanakan tanggal 1 April 1979-31 Maret 1984.
Dalam Pelita III ini berisikan tentang pembangunan nasional jangka panjang
tahap I setelah berhasil melewati kondisi politik pada masa sebelumnya.
Dalam
pembangunannya, Pelita III lebih bepedoman pada “Trilogi Pembangunan” yang
mempunyai suatu tujuan yaitu terciptanya masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Berikut ini adalah isi dari Trilogi Pembangunan:
Pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
Stabilitas nasional yang sehat dan
dinamis.
Pelita III ini
lebih menitikberatkan pada sektor pertanian menuju swasembada pangan dan lebih
memperbanyak lagi industri yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi.
Beberapa titikberat pembangunan tersebut adalah pemerataan yang dikenal dengan
“Delapan Jalur Pemerataan” yang berisi:
1. Pemerataan
pemenuhan kebutuhan pokok rakyat khususnya pangan, sandang dan perumahan
2. Pemerataan
memperoleh kesempatan pendidikan dan pelayanan kesehatan
3. Pemerataan
pembagian pendapatan.
4. Pemerataan
kesempatan kerja
5. Pemerataan
kesempatan berusaha
6.Pemerataan kesempatan
berpartisipasi dalam pembangunan, khususnya bagi generasi muda dan kaum wanita
7. Pemerataan
penyebaran pembangunan di seluruh wilayah Tanah Air
8. Pemerataan
kesempatan memperoleh keadilan.
e. Periode Pelita
IV
Pelita IV ini
dilaksanakan tanggal 1 April 1984-31Maret 1989. Pada periode Pelita IV ini,
letak titikberatnya hampir sama dengan periode Pelita III. Hanya saja yang
membedakan adalah kalau di Pelita III lebih menekankan pada industri yang
mengolah bahan baku menjadi bahan jadi. Sedangkan pada periode Pelita IV ini
lebih ditekankan pada “meningkatkan industri yang dapat menghasilkan
mesin-mesin industri sendiri, baik industri berat maupun ringan”. Selain itu,
yang ditargetkan dalam periode Pelita IV ini adalah dilakukannya program KB dan
rumah untuk keluarga.
Pada periode
Pelita IV ini, swasembada pangan dalam sektor pertanian berhasil dicapai.
Terbukti dengan berhasilnya Indonesia memproduksi beras 25,8 ton pada tahun
1984 dan mendapatkan penghargaan di FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia)
pada tahun 1985.
Berikut adalah
beberapa contoh kebijakan pemerintah untuk periode ini:
- Pemberantasan pungutan liar (pungli)
- Memberantas dan menghapus biaya-biaya siluman
- Mempermudah prosedur kepabeanan
Paket Kebijakan 6 Mei (PAKEM), yaitu
mendorong sektor swasta di bidang ekspor dan penanam modal
Paket Devaluasi 1986, karena
jatuhnya harga minyak dunia yang didukung dengan kebijakan pinjaman luar negri
Paket Kebijakan 25 Oktober 1986,
deregulasi bidang perdagagan, moneter, dan penanam modal dengan cara:
- Penurunan bea
masuk impor untuk komoditi bahan penolong dan bahan baku
- Proteksi
produksi yang lebih efisien
- Kebijakan
penanam modal
Paket Kebijakan 15 Januari 1987,
peningkatan efisiensi, inovasi dan produktivitas beberapa sektor industri
menengah keatas untuk meningkatkan ekspor nonmigas, DLL
f. Periode Pelita
V
Kebijakan pada
periode ini lebih ditekankan pada pengawasan, pengendalian dan upaya kondusif
untuk dilanjutkan ke Pembangunan Jangka Panjang tahap II karena Pelita V ini
merupakan akhir dari pola pembangunan jangka panjang tahap I.
Pada periode Pelita V ini, lebih menitikberatkan pada
sektor:
- Pertanian- Lebih meningkatkan produksi hasil pertanian- Menetapkan swasembada pangan
- Industri- Menghasilkan barang ekspor- Lebih banyak menyerap tenaga kerja- Industri pengolahan hasil pertanian- Industri yang menghasilkan mesin-mesin industri.
2. Kebijaksanaan Moneter
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara
untuk mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh
atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga
pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan
bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui
negosiasi dengan pemerintah lain. Merupakan upaya untuk mencapai tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap
mempertahankan kestabilan harga.
Pengaturan
jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu :
a. Kebijakan
Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy Adalah suatu kebijakan dalam
rangka menambah jumlah uang yang edar.
b. Kebijakan
Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy Adalah suatu kebijakan dalam
rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut juga dengan kebijakan uang
ketat (tight money policy)
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen
kebijakan moneter, yaitu antara lain :
a. Operasi Pasar
Terbuka (Open Market Operation)
b. Fasilitas
Diskonto (Discount Rate)
c. Rasio Cadangan
Wajib (Reserve Requirement Ratio)
d. Himbauan Moral
(Moral Persuasion)
3. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk
mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa
pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter, yang
bertujuan menstabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan
jumlah uang yang beredar. Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran
dan pajak. Perubahan tingkat dan komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah
dapat memengaruhi variabel-variabel berikut:
- Permintaan agregat dan tingkat
aktivitas ekonomi
- Pola persebaran sumber daya
- Distribusi pendapatan
4. Kebijaksanaan Fiskal Dan Moneter Di Sektor Luar Negeri
Kebijakan
fiskal dan kebijakan moneter satu sama lain saling berpengaruh dalam kegiatan
perekonomian. Masing – masing variabel kebijakan tersebut, kebijakan fiskal
dipengaruhi oleh dua variabel utama, yaitu pajak (tax) dan pengeluaran
pemerintah (goverment expenditure). Sedangkan variabel utama dalam kebijakan
moneter, yaitu GDP, inflasi, kurs, dan suku bunga. Berbicara tentang kebijakan
fiskal dan kebijakan moneter berkaitan erat dengan kegiatan perekonomian empat
sektor, dimana sektor – sektor tersebut diantaranya sektor rumah tangga, sektor
perusahaan, sektor pemerintah dan sektor dunia internasional/luar negeri.
Ke-empat sektor ini memiliki hubungan interaksi masing – masing dalam
menciptakan pendapatan dan pengeluaran.
Sumber :